Senin, 14 Mei 2012

Mgr. Henrich Leven, SVD


Henricus Leven lahir di Lank, dekat Aachen, di wilayah sungai Rhein, pada tanggal 13 Juni 1883. Ayahnya Wilhelm Leven (22.4.1853-21.12.1922) adalah seorang guru Sekolah Dasar. Ibunya, Catharina Classen (3.5.1857-18.10.1900) adalah ibu rumah tangga. Pada tanggal 3 Oktober 1899 Henricus Leven memasuki rumah misi di Steyl. Ketika itu Dia berumur enam belas tahun.  Karena kesehatan yang lemah Henricus Leven dikirim pulang untuk memulihkan kesehatannya. Dalam waktu luangnya, ia membantu ayahnya mengajar di sekolah. Ketika dia cukup sehat, ia kembali ke Steyl.  Pada tanggal 1  November 1907 ia mengikrarkan kaul pertama,  dan tanggal 7 September 1910 ia mengucapkan Kaul kekal.  Pada  tanggal 29 September 1910 pentahbisan imam bersama dengan 56 teman-teman sekelasnya.
Pastor Henricus Leven kemudian dikirim ke Togo, di Afrika, sebuah wilayah protektorat Jerman sejak 1884. Pastor Henricus Leven bersama dengan empat rekannya berlayar ke Togo, Afrika Barat dan tiba pada 10 Agustus 1911. Di sana ia mendapat tugas yang menyenangkan karena sesuai dengan bakatnya. Di sana dia harus mengatur sekolah-sekolah, mulai dari pengaturan kurikulum, hingga urusan keuangan dan pemasok bahan bangunan. Karena perang dunia pertama maka mereka dipenjarakan di tempat kerja mereka.  Kegiatan mereka di sekolah dihentikan. Pada akhir tahun 1917 mereka dikirim keluar dari negara itu.
Dalam buku hariannya ia mencatat sebagai berikut: Pada 10 Oktober 1917 kita dikejutkan oleh berita menusuk keras bahwa semua misionaris Jerman harus meninggalkan Togo, wilayah misi tercinta. Saya adalah salah satu di antara kelompok pertama yang harus meninggalkan Togo, aku hanya punya waktu tiga jam untuk mempersiapkan diri sebelum naik kapal. Di tengah perkabungan dan ratapan jemaat, kami dikawal sebagai penjahat ke pelabuhan. Kapal membawa kami ke Freetown kemudian dipindahkan ke sebuah kapal penjelajah yang membawa kami ke Inggris dengan konvoi 12 kapal. Di London kami diangkut di kereta api dan kemudian kami dibawa ke dalam tahanan kamp penjara di Alexandra Palace. Di sini kami mengalami serangan udara dberulang kali  dari pasukan pembom Jerman. Pada bulan Desember kami dipindahkan ke Isle of Man. Sebelum menyeberangi pulau kami dipenjara di Liverpool selama setengah hari. Akhirnya pada 17 Mei 1918, kami dibebaskan”.
Untuk Sementara Henricus Leven ditugaskan ke paroki di Stratum dekat Lank, kota kelahirannya sampai awal Oktober 1920. Meskipun ia tidak tahu persis di mana dan bagaimana wilayah misionaris di kepulauan Nusa Tenggara tapi pada tahun 1919, ia mengajukan lamaran kepada Superior General SVD untuk dikirim ke Indonesia sebagai seorang misionaris. Dan pada tanggal 23 Oktober 1920 ia berangkat ke Indonesia dari Rotterdam dan tiba di Tanjung Priok pada tanggal 20 November 1920. Lalu ia melanjutkan pelayarannya ke Flores dan tiba di Ende pada tanggal 11 Desember 1920. Di Ende ia belajar bahasa Melayu di Ndona. Di istana keuskupan Ndona ia bertemu. P. A. Verstraelen, teman lama yang pernah bekerja bersama di misi Togo. Ia kemudian diberi beberapa tugas antara lain mendidik dan membantu orang melalui sekolah. Tugas ini juga ia jalani ketika diangkat sebagai pastor pendidik  di Halilulik - Timor pada tanggal 22 Juli 1922. Tugas penting lain yang ditawarkan kepadanya adalah menjadi Inspektur untuk sekolah-sekolah misi di Timor dengan surat resmi dari pemerintah. Dia melakukan tugas ini di Timor sampai bulan Juli 1927. Selanjutnya karena kematian P.  Yan van Cleef, Wakil Provikaris dan pembantu utama Mgr. Verstraelen, maka pastor Henricus Leven dipindahkan kembali dari Timor ke Ndona pada tanggal 1 Agustus 1927 untuk mengisi kekosongan dan mengambil alih fungsi dari Vikar Pro yang ditinggalkan oleh P. van Cleef. Di istana keuskupan Ndona ia bertemu Mgr. Verstraelen dan menjadi kolega Uskup paling tepat. Sejak itu ia ditawari tugas untuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan di semua sekolah Katolik di Nusa Tenggara. Dia juga menjadi penerus Mgr. Verstraelen selama ketidakhadiran uskup karena mengunjungi luar negeri, seperti ke Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. Dalam hal inilah P. Henricus Leven harus mengatur pelayanan misionaris yang tersebar di wilayah misi dari Lesser Sunda. Pada tanggal 16 Maret 1932, Mgr. Verstraelen meninggal secara tiba-tiba karena kecelekaan mobil. Mgr. Verstraelen bersama dengan P. Yohanes Bouma sebagai sopirnya sedang dalam perjalanan untuk mengunjungi Seminari di Todabelu. Sekitar 50 km di sebelah barat Ende, mobil yang ditumpangi Mgr. Verstraelen terbalik di lereng 10 meter tinggi. Mgr. Verstraelen tewas di tempat dan P. Bouma patah tangan kirinya. Ada Misa Requiem di katedral Ende yang dipimpin oleh P. Henricus Leven sebagai Administrator Apostolik di mana beliau dikuburkan di dekat pintu masuk katedral. Dalam situasi seperti ini P. Leven mengambil langkah-langkah penting sebagai Administrator Apostolik. Dia berhasil mengorganisasi kegiatan sehari-hari Gereja sambil menunggu pengangkatan seorang Uskup baru. Pada tanggal 15 April 1933 Paus menunjuk Pastor Henricus Leven Administrator Apostolik menggantikan almarhum Mgr. Verstraelen.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Content