Evaluasi dan Perencanaan (Evaperca) Keuskupan Atambua menjadi momentum untuk mengangkat kembali semangat dan panggilan untuk menjadi gereja Tuhan dalam dunia. Selain itu evapera merupakan moment kesadaran roh, untuk mempertanggunjawabkan dan bersedia menerima perutusan sebagai agen pastoral.
Demikian dikemukakan oleh Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku, Pr di aula pertemuan SVD Nenuk.beberapa waktu lalu.Uskup Atambua, pada kesempatan itu menjelaskan kegiatan tersebut bertujuan untuk melihat kembali hasil evaperca tahun lalu (2009/2010), agar peserta bisa belajar dan melaksanakan kegiatan evaperca tahun 2010/2011 ini dengan baik. “Evaperca bukan hanya menjadi momen evaluasi semata tapi juga harus menjadi momen untuk mengangkat semangat dan panggilan, untuk menjadi gereja Tuhan dalam dunia, untuk menggarami dan menerangi umat. “Evaperca harus menjadi momen kesadaran roh, untuk mempertanggungjawabkan dan bersedia menerima perutusan sebagai agen pastoral,” ungkap Uskup Domi
Uskup Dominikus juga mengatakan Evaperca ini menjadi model pelatihan pastoral tetapi ada orang yang tidak mau karena sudah tamat filsafat di seminari tinggi. Evapera merupakan moment untuk belajar bersama-sama selain kita diajak untuk bekerja bersama-sama. "Peserta yang mengikuti Evaperca harus siap lahir dan bathin, jangan bathin di sini tetapi lahir di tempat lain karena dipengaruhi alat modern (HP).
Lebih lanjut Uskup Dominikus mengatakan, selama ini hubungan kerjasama antara pemerintah dan gereja sudah berjalan baik, semuanya demi pelayanan kesejahteraa masyarakat di Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara (TTU). Untuk itu, diharapkan kepada pastor paroki, dan para suster yang bertugas di paroki, bila ada tugas khusus dalam sidang Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) di tingkat kecamatan kalau diundang perlu hadir untuk belajar. “Saya juga akan minta jadwal sidang DPRD dari pemerintah agar bisa dimasukkan dalam Kalender Keuskupan agar setiap kali sidang DPRD saya hadir untuk ikut melihat bagaimana DPRD memperjuangkan hak rakyat. Tetapi pastor, suster dilarang untuk terlibat politk praktis,” tegasnya mengingatkan.
Menurut Uskup Dominikus, sidang Evaperca ini merupakan sidang tertinggi karena melibatkan seluruh tingkat pastoral paroki yang mencakup dua Kabupaten yakni Kabupaten Belu dan TTU, dan 4 Dekenat, para imam, Bruder, Suster, Frater dan seluruh petugas pastoral seperti Ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan anggota DPP lainnya.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Daerah Kabupaten Belu, Drs. Petrus Bere, MM mengungkapkan selama ini telah terjadi hubungan yang sangat baik dan harmonis antara gereja dan pemerintah. “Gereja membina iman umat dan pemerintah membangun masyarakat. Gereja dan pemerintah memiliki manusia yang sama, sehingga sinergisitas itu harus terus dipupuk dan ditingkatkan dari waktu ke waktu,” tandas Bere.
Sementara itu, Ketua Panitia Evaperca Keuskupan Atambua 2010/2011, Pater Yustus Asa, SVD dalam sambutan pada acara pembukaan, meminta kepada peserta yang hadir untuk mengikuti kegiatan ini dengan sepenuh hati, dalam menentukan arah pastoral Keuskupan Atambua satu tahun ke depan.
Kegiatan Evaperca diawali dengan misa pembukaan yang dipimpin Rm. Agustinus Berek, Pr (Deken Belu Utara) dengan tema utama Mengembangkan Inovasi Pastoral Berbasis Kinerja. Dalam kotbahnya. Rm Agus menekankan pentingnya kinerja bagi seluruh agen pastoral dalam meningkatkan iman umat. Rm Agus juga mengajak seluruh peserta untuk selalu mengilhami Rasul Paulus dalam seluruh kehidupannya, yang senantiasa memberdayakan umat dalam segala dimensi kehidupannya.
Acara pembukaan Evaperca Keuskupan Atambua ini, ditandai dengan penabuhan gong oleh Uskup Atambua dan dilanjutkan dengan acara pembukaan sidang, termasuk aktualisasi hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) yang berlangsung di Caringin, Bogor, Jawa Barat, awal Nopember 2010 lalu. (anis ikun).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar